Juli 2017

Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dimana sekitar 75% wilayahnya terdiri dari perairan, Indonesia memiliki potensi pada sektor perikanan yang sangat besar, baik ditinjau dari kuantitas maupun diversivitas. Potensi tersebut merupakan potensi ekonomi  yang telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi keberhasilan pembangunan nasional. Dengan potensi wilayah laut yang  sangat luas dan sumberdaya alam serta sumberdaya manusia yang dimiliki Indonesia, kelautan sesungguhnya memiliki keunggulan komparatif, keunggulan kooperatif dan keunggulan kompetitif untuk menjadi sektor unggulan dalam kiprah pembangunan nasional dimasa depan. Dengan potensi yang ada tersebut seharusnya meletakan sektor perikanan manjadi salah satu sektor riil yang potensial di Indonesia. Keadaan ini tentu menyebabkan perlunya pengelolaan yang baik sehingga dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam perekonomian Indonesia.

Pembangunan kelautan seharusnya tidak lagi diposisikan sebagai pinggiran (peryphery) dalam pembangunan ekonomi nasional. Dengan posisi semacam ini sektor kelautan dan perikanan bukan menjadi arus utama (mainstream) dalam kebijakan pembangunan ekonomi nasional. Kondisi ini menjadi ironis mengingat hampir 75 % wilayah Indonesia merupakan lautan dengan potensi ekonomi yang sangat besar serta berada pada posisi geo-politis yang penting yakni Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, yang merupakan kawasan paling dinamis dalam percaturan dunia baik secara ekonomi dan potitik. Sehingga secara ekonomis-politis sangat logis jika kelautan dijadikan tumpuan dalam perekonomian nasional. 

Kita harus belajar dan iri dari beberapa negara tetangga yang memiliki wilayah sempit, garis pantai pendek dan sumberdaya wilayah pesisir yang terbatas, tetapi mempunyai produksi perikanan laut yang luar biasa tingginya. Perhatian mereka mengembangkan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan sangat serius karena mempunyai set goal yang jelas. Negara Thailand yang memiliki garis pantai 2.600 km (hanya 32% dari panjang pantai Indonesia) dan luas tambak hanya 80 ha mampu memproduksi udang sebanyak 340 ribu ton dan memiliki nilai ekspor perikanan sebesar US$ 4,2 milyar pada tahun 2002 (Dahuri, 2002) Pada kurun waktu yang sama, Indonesia yang memiliki garis pantai 81.000 km hanya mampu memproduksi udang sebesar 80 ribu ton (23,5% dari Thailand) dan memiliki nilai ekspor perikanan US$ 1,76 milyar (41,9% dari Thailand). DiPhilippines yang potensi sumberdaya alamnya porak poranda akibat dieksploitasi oleh negara-negara yang menjajahnya dan alamnya diamuk terus oleh badai dan topan yang terjadi setiap tahun, serta mempunyai 7.200 pulau (52,7% dari jumlah pulau di Indonesia) memiliki nilai ekspor rumput laut sebesar US$ 700 juta, sementara Indonesia yang mempunyai 13.667 pulau hanya mencapai US$45 juta (hanya 6,4% dari Philippines).

Tak dapat dipungkiri bahwa kekayaan sumber daya kelautan dan perikanan yang besar itu belum secara obtimal dapat dimanfaatkan untuk memecahkan problem krisis ekonomi, ketertinggalan serta kemiskinan nelayan dan pembudidayaan ikan serta rakyat Indonesia pada umumnya. Apabila peluang dan prospek yang terbuka dapat dimanfaatkan dengan sebaik?baiknya, dan permasalahan yang masih dihadapi dapat diatasi secara bertahap, maka bukan suatu pilihan yang salah jika sektor kelautan dan perikanan dijadikan andalan pertumbuhan ekonomi nasional di masa depan. Untuk mendayagunakan potensi sumber daya kelautan dan perikanan serta menggerakkan seluruh potensi bangsa diperlukan kesungguhan dalam pembangunan kelautan dan perikanan serta dukungan politik, ekonomi dan sosial untuk menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai prime mover pembangunan ekonomi nasional berwawasan Lingkungan.

Berkaitan dengan hal itu, Negara kita harus berbenah diri, merumuskan strategi pembangunan yang tepat sesuai dengan tiga pilar strategi pembangunan nasional yakni propoor, pro?job dan pro?growth. Disamping itu perlu disusun kebijakan dan strategi yang probussiness. Ada beberapa aspek yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun strategi pembangunan kelautan dan perikanan yang merupakan bagian dari proses Perencanaan Strategis, yakni modal dasar (yang antara lain meliputi potensi sumberdaya alam, SDM, IPTEK, dan peraturan perundangan), tantangan dan masalah yang masih dihadapi hingga saat ini, instrumental input, dan lingkungan strategis (baik global maupun regional). Semua aspek tersebut selain sebagai dasar pertimbangan untuk menetapkan strategi, juga untuk menetapkan visi, dan misi serta kebijakan operasional pembangunan kelautan dan perikanan.

Pada uraian diatas, ada beberapa alasan yang mendasari gagasan awal untuk melakukan penelitian ini lebih mendalam antara lain :(1) luas perairan laut Indonesia mencapai 5,8 juta km2 (75% dari luas wilayahIndonesia) dengan panjang pantai 81.000 km. (2) Sebagian besar masyarakat pesisir di daerah ini khususnya dan Indonesia umumnya memanfaatkan laut sebagai sumber penghidupan keluarga mereka dalam bentuk penangkapan, budidaya dan jasa transportasi .(3) Sumberdaya sektor kelautan dan perikanan jika dikelola dengan arif merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources )sehingga dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang panjang.(4) Sektor kelautan dan perikanan mempunyai daya saing tinggi (competetive advantage ) seperti ditunjukkan oleh bahan baku yang tersedia dan produksiyang dihasilkannya.(5)Industri sektor kelautan dan perikanan dapat melahirkan industri-industri lainyang saling mendukung antara satu dengan lainnya.(6)Sektor perikanan mempunyai keunggulan karena memanfaatkan sumberdayalokal dan menghasilkan komoditi yang dibutuhkan masyarakat internasional.


KONTRIBUTOR
Muhammad Yusuf
Alumni Pasca Sarjana

Universitas Sultan Hasanuddin Makassar




Pusat Pelatihan dan Penyuluhan KP, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia KP, Kementerian Kelautan dan Perikanan melaksankan kegiatan rutin Video Conference (Vicon) setiap Hari Kamis bulan berjalan, dengan Topik Biokonversi Limbah Organik Mengunakan Magot Sebagai Alternatif  Bahan Baku Pakan Ikan yang disampaikan oleh Narasumber Dr. Melta Rini Fahmi, Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok, Pusat Riset Perikanan, BRSDMKP  sementara Moderator Dwi Nurfitriyanti, S.Pi Kegiatan Vicon Kamis, 27 Juli 2017 dikuti 8 (Delapan) Mitra Vicon se Indonesia yakni Kabupaten Belitung Timur, Kota Palu, Kabupaten Karawang, Kota Ternate, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten OKI, Kabupaten Pekanbaru dan Kabupaten  Pasuruan.
Narasumber menyampaikan bahwa Magot merupakan larva serangga Black Soldier Fly (Hermentia illucens, Stratiomydae, Diptera), keberadaanya dapat ditemui hamper seluruh Indonesia bahkan diseluruh dunia dengan ukuran larva 2 Cm. Maggot memiliki banyak kelebihan diantaranya:
1.  Dapat mereduksi sampah organik (dewetering);
2.  Dapat hidup dalam toleransi pH yang cukup luas;
3.  Tidak membawa atau agen penyakit;
4.  Mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi (40-50%);
5.  Masa hidup cukup lama (± 4 minggu) dan untuk mendapatkanya tidak memerlukan teknologi tinggi.
Black Soldier Fly (Hermentia illucens) adalah serangga yang hidup dipepohonan yang berbunga serta ditempat Sampah.  Sari bunga (madu) merupakan makanan utamanya.  Siklus hidupnya selalu melakukan metamorfosa seperti kupu-kupu.  Black soldier yang sudah dewasa akan kawin dan selanjutnya akan meletakkan telurnya pada media yang memungkinan sebagai makanan bagi larvanya.  Dalam waktu 2-4 hari telur akan menetas menjadi maggot kecil, selanjutnya akan bertambah besar sampai 2 cm pada umur 4 minggu.  Sampai umur 2 minggu maggot masih berwarna putih dan selanjutnya warna semakin berubah menjadi kekuningan sampai hitam dan menjadi pupa pada umur ± 4 minggu.  Setelah 4 minggu pupa akan menetas menjadi serangga dewasa.
Manfaat Magot dalam Dunia Pakan Ikan sebagai berikut:
·       Rich Nutrition: Protein 40-48 %, Lemak 25-32%
·        Low investment: Produksi magot tidak membutuhkan air, listrik dan bahan kimia, dan infrastruktur sederhana
·        Enviromental friendly: mampu mendegradasi limbah organik menjadi material nutrisi lainnya
·        Low Technology: teknologi produksi magot dapat diadopsi dengan mudah oleh masyarakat
·        Industri scale: Magot dapat diproses menjadi tepung magot (Mag meal)

Budidaya Magot bisa diimplemetasikan diberbagai Daerah di Indonesia sebagai bahan alternatif Pakan Ikan. Bahkan para Penyuluh Perikanandan kelompok masyarakat Nelayan mampu melakukan budidaya secara sederhana di daerah binaaan masing-masing. Budidaya Magot memberikan keuntungan yang besar secara Finansial serta memberi kemudahan bagi pelaku budidaya ikan. 
Pada sesi tanya jawab, Moderator memberikan kesempatan kepada peserta Video Conference untuk memyampaikan beberapa pertanyaan atau masukan terkait dengan Topik yang disampaiakn oleh Narasumber. Adapun Perwakilan mitra vicon yang mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
1.  Dari Provinsi Sulawesi Tengah menyampaikan pertanyaan terkait dengan bagaimana cara membudidayakan  Magot secara berkelanjutan?
2.  Dari Lampung Selatan, Apakah Budidaya Magot sudah memiliki SNI sebagai dasar Alternatif Pakan Ikan?
Adapun Respon Dr. Melta Rini Fahmi selaku Narasumber tekait dengan pertanyaan dan masukan dari peserta vicon yakni bahwa cara melakukan Budidaya Magot sangat mudah dan sederhana di masing-masing Daerah, seperti di Kota Palu, yakni dengan melihat siklus Magot, pertama-tama menyiapkan tempat untuk melakukan proses bertelur serta menyiapkan kandang bagi magot. Untuk lebih jelas dan lengkap bisa dilihat atau diakses melalui bahan presentasi,
Sementara terkait dengan SNI bagi Magot sebagai bahan Baku Alternatif Pakan Ikan belum ada, akan tetapi secara Riset sudah di akui.



Materi dan Video Materi Vicon Biokonversi Limbah Organik Mengunakan Magot Sebagai Alternatif  Bahan Baku Pakan Ikan dapat diunduh melalui website PuslatluhKP
Link Download Materi Video 
http://bit.ly/2vank69  


Alamat kantor Narasumber: 





DISUNTING MELAUI PUSLUH BRSDMKP

Menindaklanjuti memorandum Sekretaris Badan Riset dan SDM KP Nomor: 1963/BRSDM.01/KP.950/VI/2017 tanggal 10 Juli 2017 tentang penilaian angka kredit penyuluh perikanan, berasama ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:
1.  Penilaian angka kredit pejabat fungsional/calon pejabat fungsional penyuluh perikanan untuk periode II tahun 2017 direncanakan bulan Agustus 2017;
2.  Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) jabatan fungsional Penyuluh Perikanan dapat di terima oleh Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit cq. Bagian SDM Aparatur, Hukum, dan Organisasi, Paling lambat 31 Juli 2017;
3.  Berkas DUPAK yang diterima setelah melewati batas waktu tersebut, akan dilakukan penilaian pada periode berikutnya;
4.  Kelengkapan berkas yang diperlukan untuk penilaian angka kredit sebagai berikut:
  1. ü Dupak beserta bukti fisik pelaksanaan tugas;
  2. ü SK dalam pangkat terakhir
  3. ü SK dalam jabatan fungsional Penyuluh Perikanan
  4. ü Penetapan (PAK) dan/atau perolehan angka kredit sebelumnya
  5. ü Penetapan Penilaian Prestasi Kerja (PPK) tahun 2015
  6. ü Sasaran Kerja Pegawai (SKP) tahun 2016, pengukuran capaian SKP tahun 2016, dan Penetapan Penilaian Prestasi Kerja (PPK) tahun 2016

Atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih.
LAMPIRAN selengkapanya dapat diunduh


SUMBER PUSLUH BRSDMKP






kunjungi gogel form ”gogel form”





center>

Sesuai ketentuan pasal 32 UU Nomor 16 tentang Sistem Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, untuk menyelenggarakan penyuluhan yang efektif dan efisien diperlukan tersedianya pembiayaan yang memadai dan memenuhi biaya penyuluhan. Terkait dengan hal ini tersedia anggaran BOP bagi penyuluh perikanan PNS.
Pusat Pelatihan dan Penyuluhan KP akan membayarkan BOP kepada Penyuluh Perikanan PNS tahun 2017 dengan ketentuan sebagai berikut:
1.  Penyuluh perikanan PNS yang telah melakukan kegiatan penyuluhan ;
2.  Menyampaikan laporan kinerja penyuluh sesuai format terlampir kepada Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan KP melalui e-mail penangungjawab BOP (alamat e-mail terlampir)
3.  Laporan kegiatan penyuluhan paling lambat diterima Pusat Pelatihan dan Penyuluhan KP tanggal 5 bulan berikutnya.
Atas perhatian dan kerjasama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

LAMPIRAN selengkapnya dapat diunduh


Menindaklanjuti Kesepakatan Bersama antara Menteri Kelautan dan Perikanan KP dengan Menteri Koperasi dan UKM No. 08/Men-KP/KB/XI/2015 dan No.10/KB/M.KUKM/XI/2015 tentang Pembinaan dan Pengembangan Kelompok Usaha Masyarakat dan Koperasi di Sektor KP dan Perjanjian Kerjasama antara BRSDM KP dengan Deputi Bidang Kelembagaan Kemenkop dan UKM No. 02/BRSDM KP/KKP/PKS/2017 dan No. 02/PKS/DEP.1/2017 tentang Peningkatan Kelembagaan Kelompok Usaha KP menjadi Koperasi. Surat dan lampiran dapat di download sebagai berikut.






Pusat Pelatihan dan Penyuluhan KP, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia KP, Kementerian Kelautan dan Perikanan melaksankan kegiatan rutin Video Conference (Vicon) setiap Hari Kamis bulan berjalan, dengan Topik Sosialisasi Awal Pelaporan Penyuluh Secara Online yang disampaikan oleh Narasumber Ikhsan Haryadi, S.Pi, M.Si Selaku Kabid Penyuluhan Puslatluh KP  sementara Moderator Sofyan Rivai, SE Kegiatan Vicon Kamis, 27 Juli 2017 dikuti 8 (Delapan) Mitra Vicon se Indonesia yakni Kabupaten Belitung Timur, Kota Palu, Kabupaten Karawang, Kota Ternate, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten OKI, Kabupaten Pekanbaru dan Kabupaten  Pasuruan.

Narasumber menyampaikan bahwa Sosialisasi Awal Sistem Pelaporan Penyuluh secara Online merupakan rangkaian agenda dari Transpormasi Penyuluh Perikanan Tahun 2017 kepada seluruh Penyuluh Perikanan secara keseluruhan. Sosialisasi ini dimaksud untuk memberikan pemahaman kepada seluruh Penyuluh Perikanan dalam mengakses Aplikasi tersebut dengan mudah dan efesien.
Adapun manfaat dari Aplikasi Sistem Pelaporan Penyuluh Perikanan berbasis Teknologi Online sebagai berikut:

-   Menciptakan system Administrasi Penyuluhan dan Obyek Penyuluhan yang lebih baik dan  terstruktur
-    Menyederhankan system Pelaporan
-  Membangun Platform Elektronik yang mendukung pelaksanaan e-Government sebagai media dalam  pelayanan, pengawasan, dan pengendalian penyuluhan.

Tujuan dari system Pelaporan Penyuluh Perikanan secara online bagi kementerian Kelautan dan Perikanan adalah:

-  Mengembangkan Database Penyuluh Perikanan
-  Mengembangkan Database Kelompok, UMKM dan Koperasi secara Update
-   Memudahkan Pendaftaran Penyuluh Perikanan
-   Menghindari Pemalsuan/Duplikasi Data
-   Membantu secara Efektif dan Efisien Pelaporan Penyuluh
- Membantu Evaluasi dan Monitoring Penyuluh terkait dengan Kinerja dilapangan.

Diharapkan dengan adanya system pelaporan Penyuluh berbasis Teknologi Online, maka seluruh Penyuluh segera melakukan Registrasi dengan mengakses Link: http://103.43.45.112/pusluh dengan menginput data diri secara lengkap dan akurat sesuai dengan data resmi yang dimiliki masing-masing Penyuluh. Dengan registrasi yang dilakukan maka secara otomatis penyuluh bersangkutan sudah terdaftar diaplikasi dan bisa langsung mengimpiut Data Kelompok Binaan, data UMKM dan Data Koperasi.
Visi Keberadaan Penyuluh Perikanan mampu berkontribusi secara Sustainable dalam rangka membangun dan mengawal program Kemeterian Kelautan dan Perikanan dimasa datang.

Materi Vicon Sosialisasi Sistem Pelaporan Penyuluh secara Online dapat diunduh melalui website Puslatluhkp

DISADUR MELALUI PUSLUHDAYAKP











Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dimana sekitar 75% wilayahnya terdiri dari perairan, Indonesia memiliki potensi pada sektor perikanan yang sangat besar, baik ditinjau dari kuantitas maupun diversivitas. Potensi tersebut merupakan potensi ekonomi  yang telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi keberhasilan pembangunan nasional. Dengan potensi wilayah laut yang  sangat luas dan sumberdaya alam serta sumberdaya manusia yang dimiliki Indonesia, kelautan sesungguhnya memiliki keunggulan komparatif, keunggulan kooperatif dan keunggulan kompetitif untuk menjadi sektor unggulan dalam kiprah pembangunan nasional dimasa depan. Dengan potensi yang ada tersebut seharusnya meletakan sektor perikanan manjadi salah satu sektor riil yang potensial di Indonesia. Keadaan ini tentu menyebabkan perlunya pengelolaan yang baik sehingga dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam perekonomian Indonesia.

Pembangunan kelautan seharusnya tidak lagi diposisikan sebagai pinggiran (peryphery) dalam pembangunan ekonomi nasional. Dengan posisi semacam ini sektor kelautan dan perikanan bukan menjadi arus utama (mainstream) dalam kebijakan pembangunan ekonomi nasional. Kondisi ini menjadi ironis mengingat hampir 75 % wilayah Indonesia merupakan lautan dengan potensi ekonomi yang sangat besar serta berada pada posisi geo-politis yang penting yakni Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, yang merupakan kawasan paling dinamis dalam percaturan dunia baik secara ekonomi dan potitik. Sehingga secara ekonomis-politis sangat logis jika kelautan dijadikan tumpuan dalam perekonomian nasional. 
Kita harus belajar dan iri dari beberapa negara tetangga yang memiliki wilayah sempit, garis pantai pendek dan sumberdaya wilayah pesisir yang terbatas, tetapi mempunyai produksi perikanan laut yang luar biasa tingginya. Perhatian mereka mengembangkan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan sangat serius karena mempunyai set goal yang jelas. Negara Thailand yang memiliki garis pantai 2.600 km (hanya 32% dari panjang pantai Indonesia) dan luas tambak hanya 80 ha mampu memproduksi udang sebanyak 340 ribu ton dan memiliki nilai ekspor perikanan sebesar US$ 4,2 milyar pada tahun 2002 (Dahuri, 2002) Pada kurun waktu yang sama, Indonesia yang memiliki garis pantai 81.000 km hanya mampu memproduksi udang sebesar 80 ribu ton (23,5% dari Thailand) dan memiliki nilai ekspor perikanan US$ 1,76 milyar (41,9% dari Thailand). DiPhilippines yang potensi sumberdaya alamnya porak poranda akibat dieksploitasi oleh negara-negara yang menjajahnya dan alamnya diamuk terus oleh badai dan topan yang terjadi setiap tahun, serta mempunyai 7.200 pulau (52,7% dari jumlah pulau di Indonesia) memiliki nilai ekspor rumput laut sebesar US$ 700 juta, sementara Indonesia yang mempunyai 13.667 pulau hanya mencapai US$45 juta (hanya 6,4% dari Philippines).
Tak dapat dipungkiri bahwa kekayaan sumber daya kelautan dan perikanan yang besar itu belum secara obtimal dapat dimanfaatkan untuk memecahkan problem krisis ekonomi, ketertinggalan serta kemiskinan nelayan dan pembudidayaan ikan serta rakyat Indonesia pada umumnya. Apabila peluang dan prospek yang terbuka dapat dimanfaatkan dengan sebaik?baiknya, dan permasalahan yang masih dihadapi dapat diatasi secara bertahap, maka bukan suatu pilihan yang salah jika sektor kelautan dan perikanan dijadikan andalan pertumbuhan ekonomi nasional di masa depan. Untuk mendayagunakan potensi sumber daya kelautan dan perikanan serta menggerakkan seluruh potensi bangsa diperlukan kesungguhan dalam pembangunan kelautan dan perikanan serta dukungan politik, ekonomi dan sosial untuk menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai prime mover pembangunan ekonomi nasional berwawasan Lingkungan.
Berkaitan dengan hal itu, Negara kita harus berbenah diri, merumuskan strategi pembangunan yang tepat sesuai dengan tiga pilar strategi pembangunan nasional yakni propoor, pro?job dan pro?growth. Disamping itu perlu disusun kebijakan dan strategi yang probussiness. Ada beberapa aspek yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun strategi pembangunan kelautan dan perikanan yang merupakan bagian dari proses Perencanaan Strategis, yakni modal dasar (yang antara lain meliputi potensi sumberdaya alam, SDM, IPTEK, dan peraturan perundangan), tantangan dan masalah yang masih dihadapi hingga saat ini, instrumental input, dan lingkungan strategis (baik global maupun regional). Semua aspek tersebut selain sebagai dasar pertimbangan untuk menetapkan strategi, juga untuk menetapkan visi, dan misi serta kebijakan operasional pembangunan kelautan dan perikanan.

Pada uraian diatas, ada beberapa alasan yang mendasari gagasan awal untuk melakukan penelitian ini lebih mendalam antara lain :(1) luas perairan laut Indonesia mencapai 5,8 juta km2 (75% dari luas wilayahIndonesia) dengan panjang pantai 81.000 km. (2) Sebagian besar masyarakat pesisir di daerah ini khususnya dan Indonesia umumnya memanfaatkan laut sebagai sumber penghidupan keluarga mereka dalam bentuk penangkapan, budidaya dan jasa transportasi .(3) Sumberdaya sektor kelautan dan perikanan jika dikelola dengan arif merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources )sehingga dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang panjang.(4) Sektor kelautan dan perikanan mempunyai daya saing tinggi (competetive advantage ) seperti ditunjukkan oleh bahan baku yang tersedia dan produksiyang dihasilkannya.(5)Industri sektor kelautan dan perikanan dapat melahirkan industri-industri lainyang saling mendukung antara satu dengan lainnya.(6)Sektor perikanan mempunyai keunggulan karena memanfaatkan sumberdayalokal dan menghasilkan komoditi yang dibutuhkan masyarakat internasional.







KONTRIBUTOR
Muhammad Yusuf
Alumni Pasca Sarjana

Universitas Sultan Hasanuddin Makassar
disunting melalui PUSLUHDAYAKP


Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar tema oleh merrymoonmary. Diberdayakan oleh Blogger.