September 2017

6 Jenis Lele Populer di Indonesia
Selamat sore Sahabat luhkan Nusantara apa kabar ????
Semoga kalian semua dalam keadaan sehat baik dan tetap semangat dalam usaha mensehaterakan masyarakat kita umumnya di Indonesia ini.
Sahabat Luhkan yg saya cintai ….
Pada kesempatan yg baik ini saya ingin berbagi pengetahuan yg tentu saja sangat bermanfaat bagi kita semua, karena walau sedikit yg kita sampaikan sudah jelas bermanfaat.
Baiklah sahabat Nusanta yg saya cintai, saya rasa kita sedah biasa dang k asing lagi soal Ikan Lele. Didalam kesempatan ini bukannya saya mengajari namun berbagi saja dan saya sendiri mendapatkannya dari berbagi sumber sehinggga dari beberapa sumber yg saya dapat kurasa tidaklah ada salahnya jika kita mau berbagi. Untuk kesmpatan ini saya akan mengenalkan tentang 6 jenis   ikan lele yg ada di Indonesia, yaitu dibawah ini

Siapa yang tidak kenal lele? Ikan berkumis ini merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang diminati di Indonesia. Ada beragam jenis lele (Clarias sp.) yang tersebar di dunia, terutama di Asia dan Afrika, tapi hanya segelintir saja yang dapat dibudidayakan untuk konsumsi, yaitu yang pertumbuhannya cepat dan tahan penyakit. Setidaknya ada 6 jenis lele yang banyak dibudidayakan di Indonesia, yaitu:

1.Lele lokal
Lele spesies Clarias batrachus ini adalah lele asli perairan Indonesia. Dikenal dari tahun 1975, lele lokal masih banyak penggemarnya karena dagingnya gurih dan tidak banyak lemak. Kelemahannya, pertumbuhannya lambat sehingga FCR-nya pun tinggi. Untuk mencapai 500 gram, lele lokal butuh waktu hingga 1 tahun.
Fakta unik: Untuk mencapai berat 500 gram, lele lokal butuh waktu 1 tahun, sedangkan lele dumbo dan lele lainnya hanya butuh waktu 2-3 bulan.

2. Lele dumbo
Lele dumbo diperkenalkan di Indonesia dari Taiwan pada tahun 1985. Ikan persilangan antara Clarias gariepinus dan Clarias fuscus ini memiliki keunggulan yang disukai pembudidaya, di antaranya dapat dipijahkan sepanjang tahun, fekunditas telur yang besar, tahan penyakit, pertumbuhan cepat, dan efisiensi pakannya tinggi. Lele dumbo memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari lele lokal. Tapi dari segi rasa, beberapa menganggap daging lele dumbo yang teksturnya lembek masih kalah dengan lele lokal.

Lele dumbo
Fakta unik: Jika lele dumbo terkejut atau stres, maka akan muncul bercak-bercak hitam dan putih di seluruh tubuhnya. Bercak akan hilang ketika kondisi kolam normal kembali.

3. Lele sangkuriang
Lele sangkuriang adalah jenis lele hasil perbaikan genetik lele dumbo yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Perbaikan ini diawali penurunan kualitas indukan lele dumbo akibat inbreeding, alias perkawinan dengan kerabatnya sendiri. Perkawinan silang balik (crossback) pun dilakukan dengan cara mengawinkan induk lele dumbo betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6), yakni sediaan induk yang ada di BBPBAT Sukabumi.

Lele sangkuriang
Lele hasil persilangan ini ternyata memiliki sifat lebih unggul dari lele dumbo, seperti fekunditas telur lebih banyak dan FCR lebih rendah. Perbedaan pertumbuhan lele sangkuriang dengan lele dumbo dapat dilihat pada tabel berikut:


Perbedaan karakteristik pertumbuhan lele sangkuriang vs lele dumbo
Lele sangkuriang ini kemudian dikembangkan lebih lanjut pada tahun 2010, kali ini dengan menyilangkan lele sangkuriang dengan lele dari sungai Nil, Afrika. Meski diklaim memiliki pertumbuhan 10x lebih cepat tapi lele sangkuriang II ini belum dilepas ke umum.
Fakta unik: Penamaan lele sangkuriang diambil dari cerita rakyat Sunda dimana seorang anak ingin menikah dengan ibunya sendiri.

4. Lele phyton
Asal-usul lele phyton awalnya adalah banyaknya petani ikan di Pandeglang yang mengeluhkan adanya kematian massal pada benih lelenya. Ternyata, benih lele yang digunakan tidak cocok dengan iklim desa setempat yang dingin. Sekelompok petani pun bereksperimen untuk melakukan penyilangan antara indukan lele betina dari Thailand dengan induk jantan lele dumbo F6. Hasilnya, varietas lele baru yang tahan terhadap cuaca dingin sehingga SR (survival rate) lebih tinggi, mencapai 90%.
Lele phyton memiliki kepala mirip kepala ular phyton, memiliki sungut dan ukuran tubuh lebih panjang, dan ekornya lebih bulat.

Lele phyton
Fakta unik: Lele phyton menjadi satu-satunya jenis lele yang dikembangkan petani dan diakui kualitasnya oleh Dinas Perikanan Budidaya Provinsi Banten.

5. Lele masamo
Lele masamo dikembangkan oleh salah satu pabrikan pakan di Mojokerto, Jawa Timur. Disebutkan dari pengembangnya, lele ini adalah hasil gabungan genetik 7 strain lele yang berasal dari berbagai negara. Hasilnya, lele masamo memiliki beberapa keunggulan seperti pertumbuhan yang cepat, lebih tahan terhadap penyakit, dan yang paling mencolok adalah rakus dan agresif soal makan tapi memiliki efisiensi pakan tinggi.
Ciri-ciri lele masamo antara lain kepalanya lonjong seperti sepatu pantofel, adanya pola seperti tahi lalat di sekujur tubuhnya, dan memiliki tonjolan di tengkuk kepala. Lele masamo sempat menjadi rebutan dengan harga calon indukan yang 2-4 kali lebih mahal dibanding lele jenis lain.

Lele masamo
Fakta unik: Rumornya, nama masamo adalah singkatan dari nama pabrikan yaitu MA****** SA*** Mojokerto.

6.Lele mutiara
Lele mutiara banyak diperbincangkan akhir-akhir ini karena kualitasnya yang unggul dari jenis-jenis lele sebelumnya. Dikembangkan oleh Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi, Subang, Jawa Barat, lele mutiara adalah hasil seleksi dari persilangan antara lele dumbo lokal, lele mesir, lele phyton, dan lele sangkuriang. Dilansir dari laman web BPPI Subang, keunggulan lele mutiara ini antara lain:
Laju pertumbuhan 10-40% lebih tinggi daripada benih lele lain.
Lama pemeliharaan singkat: lama pembesaran benih tebar berukuran 5-7 cm atau 7-9 cm dengan padat tebar 100 ekor/m2 berkisar 40-50 hari, sedangkan pada padat tebar 200-300 ekor/m2 berkisar 60-80 hari.
Rasio konversi pakan (FCR = Feed Conversion Ratio) relatif rendah: 0,6-0,8 pada pendederan dan 0,8-1,0 pada pembesaran.
Daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi: sintasan (SR = Survival Rate) pendederan benih berkisar 60-70% pada infeksi bakteri Aeromonas hydrophila (tanpa antibiotik).
Toleransi lingkungan relatif tinggi: suhu 15-35oC, pH 5-10, amoniak <3 mg/L, nitrit < 0,3 mg/L, salinitas 0-10%.

lele mutiara
Fakta unik: “Mutiara” adalah singkatan dari “mutu tinggi tiada tara”, sebagai gambaran keunggulan varietas lele mutiara.
Bagaimana menurut sahabat pembudidaya mengenai jenis-jenis lele ini? Apakah jenis lele berpengaruh besar pada praktek budidaya? Gabungan jenis lele unggulan dan cara budidaya yang baik seperti menjaga kualitas air atau penerapan inovasi bioflok tentunya akan menghasilkan keuntungan yang besar.

Sampai disini dulu semoga bermanfaat
————————————————————————————————————–
Sumber; fisheries

   Jaring Insang (Gill Net)
Alat tangkap ini dinamakan jaring insang (gill net) didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap (gilled)/terjerat di bagian sekitar tutup insang (operculum) pada mata jaring.  Di Maluku, jaring insang lebih banyak dikenal dengan nama beraneka ragam sesuai dengan jenis ikan yang tertangkap (jaring lema, jaring ikan terbang, jaring lalosi, dsb), dan ada pula yang dinamakan berdasarkan tempat pemasangannya di laut dan jara operasinya (jaring hanyut, jaring tanam, jaring halang/”pele-pele”, jaring dasar, dsb).  Jaring insang dikenal lebih selektif untuk menangkap ikan bila dibandingkan dengan jenis alat tangkap lainnya yang biasa digunakan oleh nelayan.

Jaring insang berperan untuk menangkap ikan-ikan dengan cara menjerat (gilled) pada mata jaring ataupun terbelit-belit (entangled) pada tubuh jaring.  Pada umumnya ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah jenis-jenis ikan yang berenang di perairan (harizontal migration/vertical migration) tidak seberapa aktif, dengan kata lain pergerakan ikan-ikan tersebut terbatas pada suatu kedalaman tertentu.  Jenis-jenis ikan yang umumnya tertangkap dengan jaring insang ialah jenis-jenis ikan yang berenang dekat permukaan/pelagis (cakalang, tuna, ikan terbang, lema, komu, dsb), jenis-jenis ikan dasar/demersal (lalosi, salmaneti, garopa, dsb), juga jenis-jenis udang karang/lobster dan sebagainya

a. Definisi
Jaring insang adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain, jumlah mata jaring ke arah kedalaman lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah mata jaring ke arah panjang jaring.

b.Tujuan dan sasaran
Pendayagunaan jaring insang ditujukan untuk meningkatkan produksi ikan lewat kegiatan penangkapan dengan menggunakan alat dan metode yang tepat. Dengan cara ini diharapkan nelayan dapat meningkatkan pendapatannya, sehingga salah satu sasaran pembangunan perikanan dapat diwujudkan. Penggunaan jaring insang untuk menangkap berbagai jenis ikan di laut dapat dikatakan ramah lingkungan apabila menggunakan metode penangkapan yang disarankan.

Kapal atau perahu yang dipergunakan pada operasi penangkapan dengan jaring insang berukuran sesuai dengan ukuran jaring insang yang dipergunakan.  Untuk jaring insang berukuran besar dengan menggunakan kapal besar membutuhkan kesesuaian ukurannya, mesinnya, sifat layak lautnya, pengaturan geladak, peralatan perlengkapannya, kapasitas palka, dan sebagainya, menentukan efektifitasnya sebagai alat operasi penangkapan ikan.  Adakalanya nelayan melakukan modifikasi dari bagian kapal ikan ini sesuai dengan kondisi setempat berdasarkan pengalamannya.

Pada perahu penangkap ikan dengan jaring insang dasar, seharusnya ukuran perahu yang cukup luas dan dapat memuat lebih dari dua orang nelayan ditambah dengan hasil tangkapan sehingga kegiatan operasi penangkapan dapat dilakukan dengan mudah. Untuk peningkatan pengembangannya, selain dilakukan penelitian oleh badan yang berwenang, maka monitoring laporan dari nelayan dalam berbagai aspek teknis dan ekonomis perlu tetap dikumpulkan dan dievaluasi.

Kenyataan bahwa penentuan daerah penangkapan ikan dan deteksi ruaya ikan yang tepat dan cepat adalah merupakan kunci keberhasilan operasi penangkapan ikan.  Sudah sejak berabad-abad para nelayan menggunakan mata dan tanda-tanda lain di perairan dan sekitarnya untuk menentukan lokasi penangkapan ikan.  Antara lain adanya kelompok burung laut yang menyambar ke permukaan laut, adanya gelembung-gelembung udara di perairan, adanya jazad renik yang mengeluarkan cahaya alami dan lain-lain.

Pengetahuan nelayan secara turun-temurun dalam menentukan lokasi dan musim penangkapan ikan masih tetap digunakan; juga faktor oseanografis lainnya, seperti :  arus, curah hujan, kondisi awan dan angin, warna perairan, suhu air dan lain-lainnya adalah merupakan alat deteksi alami dari para nelayan.

Secara moderen, maka sekarang telah banyak digunakan penggunaan gema (echo-sounder), sonar, net zonde, radio plotter, dsb dalam operasi penangkapan ikan.  Perkembangan teknologi elektronika dewasa ini mengakibatkan adanya revolusi dalam bidang akustik perairan.  Peralatan sonar yang sebelumnya digunakan untuk mendeteksi kapal selam, dikembangkan supaya dapat mendeteksi ikan sehingga berdampak positif pada penentuan daerah penangkapan ikan.   Diciptakannya komputer dan peralatan sonar untuk mendeteksi ikan di perairan memudahkan para ahli perikanan dapat memetakan lokasi-lokasi terdapatnya ikan di daerah penangkapan.  Kaitan tingkah laku ikan dalam masa pemijahan, jenis dan umur ikan, ruaya musiman dan lain-lain merupakan sumber informasi yang penting secara biologis bagi para nelayan untuk menentukan daerah penangkapan ikan.

(1) Jaring  insang  dasar  (bottom  gill   net)
Pada kedua ujung jaring diikatkan jangkar, yang dengan demikian letak jaring akan telah tertentu.   Karena jaring ini direntang dekat dasar laut, maka dinamakan jaring insang dasar, yang dengan demikian ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar.  Posisi jaring dapat diperkirakan pada pelampung bendera/bertanda yang dilekatkan pada kedua ujung jaring.

Penawuran jaring (setting) dilakukan dengan cara, pelampung pada ujung jaring pertama dibuang ke laut terlebih dahulu, jaring dibiarkan dijangkar di dasar laut.  Arah perahu pada saat setting mengikuti arah sepanjang arah penawuran jaring. Dibutuhkan paling sedikit 2 orang untuk menawurkan jaring yakni 1 orang menawurkan jaring dari sisi tali pelampung dan yang lainnya dari sisi tali pemberat. 

Gambar 12. Sketsa jaring insang menetap/dasar (bottom gill net)

Pengangkatan jaring dilakukan setelah jaring dibiarkan di perairan selama beberapa waktu (2 – 3 jam).  Pelampung besar diangkat terlebih dahulu baru diikuti oleh tali samping atau sisi ujung jaring sehingga tali pemberat dapat diangkat ke atas perahu.  Tali pelampung dan tali pemberat diangkat secara bersamaan.  Pada saat ini perahu dibiarkan bergerak mengikuti arah jaring diangkat.

(2) Jaring insang hanyut/permukaan (drift/surface  gill  net)
Jaring ini dioperasikan (ditempatkan) di permukaan perairan dengan salah satu atau kedua ujungnya tidak diberi jangkar sehingga terbawa hanyut mengikuti gerakan arus. Pada satu titik pada ujung jaring dilekatkan tali, dan tali ini dihubungkan dengan kapal/perahu yang dengan demikian gerakan hanyut oleh kapal/perahu sedikit banyak mempengaruhi posisi jaring. Alat tangkap ini dioperasikan di perairan yang bebas dan ditujukan untuk menangkap ikan-ikan yang berenang di permukaan (pelagis) seperti tuna, cakalang, tongkol, dan sebagainya.



 Gambar 13. Sketsa jaring insang hanyut/permukaan (drift/surface gill net)

Pengoperasian jaring insang permukaan menyerupai pengoperasian jaring insang dasar, namun arah kapal/perahu memotong arah arus ± 300– 450 dan kecepatannya disesuaikan dengan keterampilan nelayan yang menawurkan jaring.  Pada saat ini jurumudi harus tetap menjaga agar perahu tetap mempertahankan arahnya.

(3) Jaring insang lingkar (encircling gill net atau surrounding gill  net) 
Jaring insang lingkar umumnya dioperasikan di perairan pantai yang tidak begitu dalam atau di perairan yang kedalamannya tidak melebihi dari tinggi jaring yang dioperasikan.  Setting  dilakukan siang hari atau malam hari dengan mempergunakan alat bantu llight fishing, tetapi umumnya dilakukan pada siang hari dengan satu kapal atau lebih. Setelah menemukan kelompok ikan, nelayan melingkari gerombolan/kelompok ikan tersebut yakni menghadang ikan pada arah larinya.  Supaya gerombolan ikan dapat dilingkari dengan sempurna maka bentuk jaring sewaktu operasi ada yang berbentuk lingkaran, setengah lingkaran, bentuk huruf “V” atau “U”, bengkok-bengkok seperti alun gelombang dan banyak jenis lainnya.


Gambar 14. Sketsa jaring insang melingkar (surrounding gill net)


Jaring ini ditebarkan melingkari gerombolan ikan. Apabila nelayan menemukan gerombolan ikan, maka jaring ditebarkan dengan mengarahkan perahu melingkari gerombolan ikan.
            Berkumpulnya ikan-ikan disekeliling lampu biasanya disebabkan oleh “positive phototaxis”, mekanisme tertariknya ikan oleh cahaya lampu belum diketahui dengan jelas, namun diduga bahwa berkumpulnya ikan-ikan di bawah cahaya lampu disebabkan oleh keinginan untuk mencari intensitas cahaya yang sesuai.  Peristiwa berkumpulnya ikan di bawah cahaya dapat dibedakan sebagai berikut :

1)   Peristiwa langsung, yaitu ikan-ikan tertarik oleh cahaya lalu berkumpul;
2)   Peristiwa tidak langsung karena adanya cahaya maka plankton, ikan-ikan kecil dan binatang-binatang kecil lain berkumpul lalu ikan yang dimaksud datang berkumpul dengan tujuan “feeding”.

Fungsi cahaya dalam “light fishing” ialah untuk mengumpulkan ikan sampai pada suatu “catchable area” tertentu, kemudian penangkapan dilakukan dengan pancing, jaring atau alat-alat penangkapan ikan yang lain.



Gambar 15. Sketsa jaring insang melingkar (surrounding gill net)
   dengan menggunakan lampu (light fishing)


          Metode penangkapan yang telah mengalami perkembangan menyebabkan nelayan juga mengoperasikan jaring insang dengan berbagai metode penangkapan seperti: dioperasikan dengan cara menarik jaring dengan dan tanpa kapal, menakuti ikan, menggiring ikan, dan yang dioperasikan dengan cara disapu (swept).




Gambar 17. Jaring insang yang dioperasikan dengan cara ditarik



Gambar 18. Jaring insang yang dioperasikan dengan cara ditarik dengan kapal



Gambar 19. Jaring insang yang dioperasikan dengan cara menakuti ikan


Gambar 20. Jaring insang yang dioperasikan dengan disapu




Gambar 21. Jaring insang yang dioperasikan dengan menggiring ikan
                             (A) Satu kapal; (B) Dua kapal


(5) Jaring insang berpancang (fixed gill net or stakes)
Ada kalanya jaring insang dipasang dengan bantuan tiang pancangan, terutama di perairan pantai.  Metode penangkapan ikan dengan alat tangkap ini memanfaatkan proses terjadinya pasang surut air laut.  Pada waktu air laut pasang, ikan-ikan cenderung bergerak/berenang mengikuti arus pasang ke arah pantai (daratan), kemudian pada waktu air laut surut ikan-ikan tersebut akan berenang (beruaya) mengikuti arah arus surut ke laut.  Ikan-ikan ini kemudian dihadang dengan alat tangkap ini.


Gambar 16. Sketsa jaring insang berpancang

(6) Jaring insang berlapis atau jaring gondrong (trammel net).
Dikatakan jaring insang berlapis karena badan jaring dibentuk oleh 2 sampai 3 lapis, yakni badan jaring bagian tengah (inner net) berukuran mata jaring lebih kecil dibandingkan dengan ukuran mata jaring di badan jaring sebelah luar (outer net). Jenis jaring insang ini lebih banyak dipasang di dasar perairan terutama untuk menangkap ikan-ikan buas (carnivora  fish) karena prinsip menangkapnya adalah badan jaring bagian dalam menjerat ikan-ikan berukuran kecil yang apabila akan dimangsa oleh ikan-ikan besar, maka ikan-ikan besar ini akan dijerat oleh badan jaring bagian luar yang berukuran mata jaring lebih besar.  Dewasa ini, jaring gondrong juga dirancang untuk menangkap udang dan kepiting.


Gambar 22. Sketsa jaring gondrong (trammel net)

          Metode penangkapan yang diterapkan pada operasi penangkapan dengan jaring gondrong (trammel net) menyerupai jaring insang dasar atau dibiarkan hanyut mengikuri arus/kapal atau ditarik dari salah satu sisinya.

          Ada pula nelayan yang mengkombinasikan jaring insang dengan jaring gondrong, yakni jaring insang di bagian atas dan jaring gondrong di bagian bawah sehingga dapat emangkap ikan-ikan dari berbagai jenis (pelagis maupun demersal).

Gambar 23. Sketsa kombinasi jaring insang dan jaring gondrong

          Metode penangkapan ikan dengan menggunakan jaring insang dewasa ini, terutama yang dioperasikan dengan menggunakan kapal, telah menggunakan net hauler sebagai alat bantu penangkapan supaya mempermudah operasi penangkapan.



Gambar 24.  Alat bantu penangkapan jaring insang


Tingkah laku ikan
          Tingkah laku ikan sangat erat berhubungan dengan metode penangkapan ikan.  Perlu dikuasai pengetahuan tentang reaksi ikan terhadap alat penangkapan ikan tertentu, juga pengaruh macam-macam umpan yang digunakan dalam perikanan pancing, tonda dan rawai.  Reaksi tingkah laku ikan terhadap sumber cahaya tertentu, terhadap rumpon, terhadap gelombang suara dan arus listrik.  Kesemuanya itu dapat dimanfaatkan untuk efisiensi operasi penangkapan ikan.

          Pemanfaatan sifat biologi ikan dalam menerapkan metode penangkapan yang tepat, dikategorikan ke dalam dua kegiatan utama, yaitu :
·         Mengontrol kebiasaan ikan, mempengaruhi, menarik perhatian atau menggiring kelompok ikan ke suatu daerah yang memungkinkan pengoperasian alat tangkap tertentu secara efektif dan efisien.
·         Pengontrolan peralatan tangkap, yang menyangkut persoalan bagaimana ikan dapat dikumpulkan atau diangkat dari dalam air ke atas kapal dengan suatu unit alat tangkap.

Sifat biologi ikan yang sudah dikenal dan dimanfaatkan sebagai dasar dalam metode penangkapan ikan adalah :
·         Sifat bergerombol (schooling species)
·         Tertarik pada cahaya (phototaxis positive)
·         Beruaya (migration)
-          Diurnal migration
-          Nocturnal migration
-          Tidal migration
-          Oceanic migration
·         Tersebar luas (wide dispersion)
·         Rakus (voracious)

·         Food habit and feeding habits


·         Living habitat

Proses Optimasi Dalam Operasi Penangkapan Ikan
Ilmu dalam teori optimisasi mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu yang terbaik, terjadi setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa yang buruk.  Secara normal orang akan mengharapkan “baik” sebanyak-banyaknya, paling banyak atau maksimum; dan “buruk” sesedikit-dikitnya, paling sedikit atau minimum.  Keadaan sedemikian itu disebut “optimum”.  Jadi optimum itu bersinonim dengan maksimum untuk hal yang baik dan minimum untuk hal yang buruk.  Kata optimum telah menjadi istilah teknis yang berkaitan dengan pengukuran kuantitatif dan analisa matematis, sedangkan kata “terbaik” yang sama artinya dengan optimum, lebih banyak dipergunakan dan lebih sesuai dengan kehidupan sehari-hari.  Manusia dapat mencapai kesempurnaan dengan memahami teori optimisasi.

          Optimasi berarti menghitung atau mencari titik optimum, sedangkan optimisasi merupakan peristiwa atau kejadian proses optimasi.  Jadi teori optimisasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik optimum dan cara-cara untuk mencarinya.

          Optimisasi mencakup usaha untuk menemukan cara terbaik di dalam melakukan suatu pekerjaan, cara terbaik di dalam memecahkan suatu persoalan, maka aplikasinya meluas pada hal-hal praktis.  Sebelum melakukan proses optimisasi, maka orang harus lebih dahulu melakukan pemilihan ukuran kuantitatif dari efektivitas dari suatu persoalan.  Untuk itulah harus mengetahui dan menguasai sistem yang berlaku dalam persoalan yang dihadapi.  Dalam teknologi penangkapan ikan, harus dapat mendesain, membuat, mengatur atau mengoperasikan unit penangkapan.


Deteksi dan penentuan daerah penangkapan ikan
          Kenyataan bahwa penentuan daerah penangkapan ikan dan deteksi ruaya ikan yang tepat dan cepat adalah merupakan kunci keberhasilan operasi penangkapan ikan.  Sudah sejak berabad-abad para nelayan menggunakan mata dan tanda-tanda lain di perairan dan sekitarnya untuk menentukan lokasi penangkapan ikan.  Antara lain adanya kelompok burung laut yang menyambar ke permukaan laut, adanya gelembung-gelembung udara di perairan, adanya jazad renik yang mengeluarkan cahaya alami dan lain-lain.

          Pengetahuan nelayan secara turun-temurun dalam menentukan lokasi dan musim penangkapan ikan masih tetap digunakan; juga faktor oseanografis lainnya, seperti :  arus, curah hujan, kondisi awan dan angin, warna perairan, suhu air dan lain-lainnya adalah merupakan alat deteksi alami dari para nelayan.

          Secara moderen, maka sekarang telah banyak digunakan penggunaan gema (echo-sounder), sonar, net zonde, radio plotter, dsb dalam operasi penangkapan ikan.  Perkembangan teknologi elektronika dewasa ini mengakibatkan adanya revolusi dalam bidang akustik perairan.  Peralatan sonar yang sebelumnya digunakan untuk mendeteksi kapal selam, dikembangkan supaya dapat mendeteksi ikan sehingga berdampak positif pada penentuan daerah penangkapan ikan.   Diciptakannya komputer dan peralatan sonar untuk mendeteksi ikan di perairan memudahkan para ahli perikanan dapat memetakan lokasi-lokasi terdapatnya ikan di daerah penangkapan. 

          Kaitan tingkah laku ikan dalam masa pemijahan, jenis dan umur ikan, ruaya musiman dan lain-lain merupakan sumber informasi yang penting secara biologis bagi para nelayan untuk menentukan daerah penangkapan ikan.


Kapal ikan dan peralatan perlengkapannya
          Kapal ikan merupakan bagian integral dari operasi penangkapan ikan.  Ukurannya, mesinnya, sifat layak lautnya, pengaturan geladak, peralatan perlengkapannya, kapasitas palka, dan sebagainya, menentukan efektifitasnya sebagai alat operasi penangkapan ikan.  Adakalanya nelayan melakukan modifikasi dari bagian kapal ikan ini sesuai dengan kondisi setempat berdasarkan pengalamannya.

          Untuk peningkatan pengembangannya, selain dilakukan penelitian oleh badan yang berwenang, maka monitoring laporan dari nelayan dalam berbagai aspek teknis dan ekonomis perlu tetap dikumpulkan dan dievaluasi.


Klasifikasi Metode Penangkapan Ikan
1. Prinsip-Prinsip Klasifikasi
          Klasifikasi dari metode penangkapan sangat tergantung pada pengoperasian dan kegunaan untuk menangkap obyeknya atau ikannya.  Metode penangkapan ini bisa meliputi yang hanya dilakukan perorangan, beberapa orang saja sampai masal. Dasar dari klasifikasi metode penangkapan adalah prinsip bagaimana ikan itu ditangkap.  Artinya, pengumpulan tidak identik dengan mengeluarkan ikan dari dalam air.  Dengan mengacu pada bagaimana ikan itu ditangkap, pengklasifikasian bisa dilakukan dalam beberapa golongan besar.  Mulai dari dua klasifikasi besar antara alat yang pasif dan aktif, menjadi beberapa golongan sesuai dengan kegunaan dan tipe dari alat tangkap itu sendiri.  Dari dasar penggolongan ini bisa dijadikan sub golongan klasifikasi yang meliputi:
(A)    Material. Banyak alat tangkap ikan yang asalnya dibuat dar kayu, cabang sampai rantingnya.  Tetapi sebaliknya, skarang banyak yang dibuat dari serat alami maupun sintetis sampai kawat baja.
(B)    Konstruksi. Salah satu prinsip penangkapan ikan bisa dilakukan dengan konstruksi alat tangkap yang berbeda.  Perbedaan konstruksi itu meliputi besar-kecilnya alat tangkap secara keseluruhan.
(C)    Metode pengoperasian. Dengan berbagai pertimbangan, satu alat tangkap bisa dioperasikan di dasar, dihela, ditekan, dilempar, diapungkan atau hanyut.  Juga alat penangkapan yang dioperasikan dengan tangan, sangat berbeda dengan yang dioperasikan dengan menggunakan mesin, kapal dan peralatan lainnya akan sangat dibutuhkan.

2. Pengelompokan Utama Metode  Penangkapan Ikan
          Beberapa kelompok utama  klasifikasi metode penangkapan adalah:
  1. Melukai: harpon, tombak dan sebagainya,
  2. Tali dan pancing: berbagai hand line dan long line,
  3. Perangkap: kolam jaring
  4. Trawl: dasar dan midwater,
  5. Seine: beach seine, boat seine dan danish seine,
  6. Jaring lingkar: lampara, purse seine dan ring net,
  7. Jaring angkat (lift net)
  8. Jaring insang hanyut (gill net): stasioner dan hanyut
  9. Jaring gondrong (trammel net)
  10. Jala (cash net)

Pengklasifikasian seperti di atas belum dapat mengakomodasi beberapa metode penangkapan ikan seperti, jaring sekop, stow net, dan metode dengan pembiusan, pelumpuhan serta mengumpulkan dengan tangan.  Dengan demikian, klasifikasi metode penangkapan dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan alat penangkapan ikan, yakni:
  1. Penangkapan ikan tanpa alat, seperti pisau, penggaruk dan lainnya yang dioperasikan dengan tangan untuk menggali kerang, ganco untuk mengeluarkan ikan dari persembunyiannya.
  2. Membius atau melumpuhkan, adalah mencegah ikan supaya tidak lolos misalnya memukul permukaan lapisan es sehinga ikan yang di bawahnya pingsan, penggunakan bahan kimia dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun sintetis, termasuk penggunaan arus listrik.
  3. Line fishing, menggunakan umpan untuk mengeluarkan ikan dari dalam air, paling tidak dari persembunyiannya.
  4. Jebakan atau perangkap, menggiring ikan supaya masuk ke dalam jebakan yang telah dipasang. Mulut khusus dipasang dengan berbagai tipe, perangkap yang berukuran kecil dengan tertutup keseluruhan seperti bubu dan keranjang atau kurungan, hanya perangkap yang berukuran besar saja yang terbuka di atas permukaan air.
  5. Perangkap untuk ikan-ikan yang melompat, beberapa spesies ikan bila merasa dalam keadaan bahaya, mereka sering melakukan lompatan keluar dari permukaan air.  Dari kebiasaannya yang demikian ini, manusia mengambil keuntungan untuk melakukan penangkapan.  Ikan juga melakukan lompatan bila menemui jalan terhalang, sehingga nelayan menghalangi atau membuat penghalang.  Bayangan atau warna lain yang mencolok di perairan juga akan menyebabkan ikan melakukan lompatan, baik malam atau siang hari.  Jaring diapungkan horizontal, perahu yang melintang arus, kotak atau kolam jaring adalah beberapa alat untuk menampung ikan-ikan yang jatuh setelah melompat.
  6. Bag net, memanfaatkan mulut jaring yang sangat besar untuk menampung air yang mengalir melalui bag net, dengan demikian ikan-ikan akan tersaring.
  7. Alat tangkap yang dihela, terdiri dari semua alat tangkap yang dihela melalui air, termasuk penggaruk, jaring vertikal yang terdiri dari beberapa lapis jaring.  Biasanya dibuat dari benang atau kawat besi atau baja.  Trawl dari berbagai tipe pembukaan mulutnya yang dioperasikan di permukaan dan pertengahan perairan.
  8. Seine net, adalah metode yang mempertemukan dua tepi jaring setelah melingkari gerombolan ikan. Hauling dilakukan dengan menarik kedua ujung jaring secara bersama-sama.  Setting bisa dilakukan di tepi pantai, danau atau sungai, dengan menggunakan kapal atau perahu. Kantong jaring biasanya dibagian tengah jaring, untuk menangkap ikan-ikan pelagis kalau dioperasikan di laut.
  9. Jaring lingkar, yakni metode melingkari gerombolan ikan yang kemudian ditangkap dengan menggunakan jaring sekop (tangguk) atau peralatan lainnya.  Salah satu yang termasuk dalam kelompok ini adalah pukat cincin (purse seine).
  10. Dip atau lift net, adalah metode dengan cara menenggelamkan dan mengangkat alat tangkap, dengan demikian ikan-ikan yang lewat di atasnya akan tertangkap.  Yang berukuran kecil bisa dioperasikan dengan tangan, sedangkan yang berukuran besar dioperasikan dengan mesin atau kapal.
  11. Jaring lontar, adalah metode dengan cara menutup ikan dengan keranjang atau jaring.  Jala dengan berbagai ukuran dan bentuknya, dilontarkan ke permukaan air, menutup ikan dengan bantuan pemberat dan ikan-ikan terperangkap di dalam kantong khusus di bagian bawah jaring.
  12. Gill net dan jaring puntal, ada dua tipe yakni dengansatu lembar jaring atau secara multipel (trammel net).  Bisa dioperasikan dengan hanyut atau di jangkar di dasar perairan, pertengahan atau di permukaan.
3.  Ruang lingkup metode penangkapan ikan
          Pemahaman dan penggunaan metode penangkapan ikan paling tidak, bergantung pada beberapa faktor, yakni alat tangkap, kapal ikan dan perlengkapannya, pemahaman dan pengalaman berbagai bidang ilmu terkait, tingkah laku ikan, serta deteksi dan penentuan daerah penangkapan ikan.


Alat tangkap ikan
            Alat tangkap ikan merupakan satu faktor yang terutama dan paling kompleks untuk dipelajari, karena ada banyak sekali tipe dan variasinya sesuai dengan tujuan penggunaannya.  Alat tangkap ikan ini telah berkembang di berbagai negara di dunia selama jangka waktu yang sudah lama.  Sampai sekarang, mulai dari alat tangkap ikan yang primitif sampai yang paling modern masih tetap digunakan olah nelayan.

            Seleksi penentuan alat tangkap ikan yang akan digunakan tidak hanya tergantung dari faktor metode penangkapan ikan dan efisiensi penangkapan saja, tetapi juga dari faktor kesesuaian dengan perahu dan kapal ikan yang digunakan; juga bagaimana efeknya terhadap stok populasi ikan,  apakah operasinya akan ekonomis, apakah penggunaannya akan mempengaruhi tenaga kerja nelayan dan kondisi sosial, dan sebagainya. 

Alat penangkapan ikan diklasifikasikan sesuai dengan metode penangkapan yang diterapkan, terdiri atas 9 jenis sebagai berikut :
(1) Menghadang :
Mengarahkan dan menyesatkan (pound net, set net, sero)
Menjerat (set gill net)

(2) Melingkari :
Menyaring (purse seine, beach seine)
Menjerat (encircling gill net)

(3) Menyerok :
Horizontal (trawl, pajala, payang)
Vertikal (stick held dip net, bagan dan jenis-jenis lift net lainnya)

(4) Menarik perhatian :
Rangsangan cahaya (purse seine, bagan dan light fishing lainnya)
Rangsangan umpan (hooks, bubu)
Tempat berlindung (bubu, rumpon, sero gantung)

(5) Memerangkap :
Menghadang dan menyesatkan (set net, sero, pound net)
Memberikan rangsangan (bubu)

(6) Melumpuhkan :
Melukai (harpoon, spear)
Membius (tuba, zat kimia)
Mengeruhkan
Explosive (dinamit)
Electricity

(7) Mengejutkan (encircling gill net)
(8) Memompa (fish pump)
(9) Menjepit dan mengait.



Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar tema oleh merrymoonmary. Diberdayakan oleh Blogger.